11/18/2019 0 Comments Tanjung PriokTanjung Priok, Jakarta Utara, Kecamatan Tanjung Priok terletak di Jakarta Utara. Di daerah ini terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan terpadat di Indonesia. Sejak dahulu kawasan ini merupakan pelabuhan prasejarah sejak zaman penyebaran agama Hindu, dan kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda Tanjung Priok benar-benar dikembangkan menjadi kawasan pelabuhan komersial pada akhir abad ke-18. Kata Tanjung Priok berasal dari kata tanjung yang artinya daratan yang menjorok ke laut, dan priok (periuk) yaitu semacam panci masak tanah liat yang merupakan komoditas perdagangan sejak zaman prasejarah.
Anggapan nama Tanjung Priok berasal dari tokoh penyebar Islam Mbah Priuk (Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain) menurut pendapat budayawan Betawi Ridwan Saidi dan sejarawan Alwi Shahab adalah salah, karena kawasan ini sudah bernama Tanjung Priok jauh sebelum kedatangan Mbah Priuk pada tahun 1756.[2] Sejarah Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan kawasan Tanjung Priok sebagai pelabuhan baru Batavia pada akhir abad kesembilan belas untuk menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di sebelah baratnya karena telah menjadi terlalu kecil untuk menampung peningkatan lalu lintas perdagangan yang terjadi akibat pembukaan Terusan Suez. Pembangunan pelabuhan baru dimulai pada tahun 1877 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge (1875-1881). Beberapa fasilitas dibangun untuk mendukung fungsi pelabuhan baru, antara lain Stasiun Tanjung Priok (1914).[3] Pelabuhan air modern terbesar se-Indonesia di Jakarta. Dibangun untuk menggantikan pelabuhan lama yakni Pasar Ikan yang dinilai sudah tidak memenuhi syarat lagi. Lokasinya berjarak sekitar 9 km di sebelah timur dari pelabuhan lama. Wilayahnya masuk dalam lingkup administratif pemerintahan Kelurahan Tanjung Priok, Kec. Tanjung Priok, wilayah Kotamadya Jakarta Utara. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan suatu pelabuhan laut dalam yang pertama di mana kapal-kapal dapat bersandar, memuat batubara dan diperbaiki di suatu dok yang kering. Sebuah jalan kereta api juga dibuat untuk menghubungkan Tanjung Priok dengan kota lama Batavia dan daerah baru di selatan. Bermula dari kritik atas kelemahan fasilitas pelabuhan lama di Batavia, Tanjung Priok sampai sekarang tetap eksis sebagai pelabuhan penting bagi Jakarta untuk lalu lintas kapal-kapal besar. Sebelum menjadi areal pelabuhan, awalnya areal ini merupakan tanah partikelir Tanjung Priok dan tanah partikelir Kampung Kodya Tanjung Priok, yang dikuasai oleh beberapa orang tuan tanah yaitu: Hana birtti Sech Sleman Daud; Oeij Tek Tjiang; Said Alowie bin Abdulah Atas; Ko Siong Thaij; Gouw Kimmirt; dan Pattan. Tanah partikelir tersebut kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda, lalu disewakan kepada maskapai pelayaran Koninklijke Paketvaar Maatschappij (KPM) guna pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Tanjung Priok. Tanah partikelir tersebut merupakan areal kebun kelapa. Gagasan pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dipelopori oleh kalangan swasta pemilik modal (kaum kapitalis) di negri Belanda. Kemudian KPM bermitra dengan Perusahaan Burn Philip Lina, Rotterdamsche Loyd Ocean, Nederlandsche Loyd Ocean. Selain itu juga meminta jaminan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk membantu dalam pengendalian keamanan dan pengerahan tenaga buruh pribumi. Pemerintah Hindia Belanda segera membatalkan status tanah partikelir Kampung Kodya Tandjung Priok dan tanah partikelir Tandjung Priok, kemudian disewakan kepada KPM selama 75 tahun sejak tahun 1877. Pemerintah Hindia Belanda juga menekan para bupati di Jawa khususnya bupati-bupati di Banten dan Priangan serta Jawa Tengah untuk mengirimkan rakyatnya bekerja bagi pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok. Pengerjaan Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada bulan Mei 1877 dan selesai pada tahun 1886. Dimulai dengan pembangunan Pelabuhan I setelah adanya ketentuan bahwa kegiatan Pelabuhan Sunda Kelapa dipindahkan ke Tanjung Priok. Perencana pelabuhan ini adalah Ir.J.A.A. Waldrop, seorang insinyur yang berasal dari Belanda sedangkan pelaksananya adalah Jr. J.A. de Gelder dari Departement B.O.W., seorang Insinyur Perairan. Dengan diresmikannya Pelabuhan Tanjung Priok 1886, maka kegiatan pelabuhan utama Batavia yang semula berada di Kali Ciliwung sekitar kasteel Batavia dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Priok, dan Pelabuhan Kali Ciliwung tersebut, kemudian dikenal dengan nama Pelabuhan Pasar Ikan. Selain membangun Pelabuhan Tanjung Priok, KPM juga membangun Pelabuhan Teluk Bayur-Padang (Port Van der Capellen) pada tahun 1886 dan Pelabuhan Belawan Deli tahun 1891. Pada awal peresmiannya, hanya beberapa kapal bermesin uap dan mayoritas adalah kapal-kapal layar. Memasuki abad ke-20 jumlah kapal bermesin uap meningkat menggantikan kapal-kapal layar. Pada tahun 1912 sejalan dengan perkembangan ekonomi yang pesat pelabuhan itu dirasakan terlalu kecil maka dilakukan perluasan. Pada tahun 1914 dimulai pembangunan Pelabuhan II. Pemborong bangunannya adalah Volker. Tahun 1917 pembangunan selesai dengan panjang kade pelabuhan 100 meter dan kedalaman air 9,5 meter LWS, sedangkan bendungan bagian luar diubah dan diperpanjang sedang lebar kade 15 meter untuk double spoor kereta api dan kran-kran listrik. Tahun 1917 dibangun juga tempat penyimpanan batubara oleh NISHM serta tempat penyediaan bahan bakar oleh BPM dan Shell. Pelabuhan III mulai dibangun tahun 1921, tetapi terhenti akibat Malaise. Kemudian dilanjutkan kembali tahun 1929 dan selesai tahun 1932 dengan panjang kade 550 meter di sebelah barat. Pada masa pendudukan Jepang, Pelabuhan Tanjung Priok dikuasai oleh Djawa Unko Kaisya yang berada di bawah Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Kondisi pelabuhan sebagian rusak, khususnya sengaja dirusak oleh Belanda yang menyerah kepada Jepang (7 Maret 1942). Agar pelabuhan dapat dioperasikan, Jepang mengerahkan tenaga Romusha untuk memperbaiki pelabuhan. Seperti pengerukan alur, pembersihan alur dari ranjau-ranjau yang sengaja ditebarkan oleh Belanda. Selain alur pelabuhan, banyak fasilitas lainnya yang rusak dan harus diperbaiki, seperti gudang-gudang, dok, dermaga dan jalan. Setelah kemerdekaan RI (17 Agustus 1945), Pelabuhan Tanjung Priok diambil alih oleh bangsa Indonesia/pemerintah RI melalui Badan Keamanan Rakyat Laut Tanjung Priok bersama pejuang Indonesia lainnya yang umumnya merupakan pekerja pada Pelabuhan Tanjung Priok pada masa Kolonial Belanda maupun masa Kolonial Jepang. Pada pertengahan September 1945 Pelabuhan Tanjung Priok dikuasai oleh pemerintah RI, namun beberapa minggu kemudian dikendalikan oleh NICA yang membonceng pada Sekutu 29 September 1945. Pengendalian oleh NICA berlangsung sampai tanggal 27 Desember 1949. Setelah pengakuan kedaulatan RI (27 Desember 1949), berdasarkan pasal perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar) Pelabuhan Tanjung Priok harus dikembalikan kepada Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang masih memiliki hak pengelolaan berdasarkan konsesi selama 75 tahun sejak tahun 1877, yang berarti KPM masih memiliki hak pengelolaan sampai tahun 1952. Pada tahun 1952 pemerintah RI melakukan "Nasionalisasi" atas Pelabuhan Tanjung Priok, pengelolaannya diserahkan kepada Kementerian Perhubungan, Djawatan Perhubungan Laut, sedangkan pelaksananya adalah Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Untuk pelaksanaan aktivitas pelabuhan, seluruh kapal KPM diambil-alih lalu diserahkan kepada PN.Dok Tanjung Priok. Fasilitas gudang, fasilitas dermaga, dan fasilitas lainnya dikelola BPP yang melibatkan berbagai instansi terkait seperti Djawatan Bea dan Cukai, Djawatan Pengerukan, Djawatan Imigrasi, Komandan Militer Kota, KPPP, KPLP dan lainnya. Untuk meningkatkan jasa pelayanan pelabuhan, pemerintah RI melakukan perbaikan atas fasilitas yang rusak akibat perang kemerdekaan (1945-1949), juga melakukan pembangunan fasilitas/ sarana/prasarana infrastruktur dalam rangka menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan utama Indonesia. Pada tahun 1955 diresmikan fasilitas Pelabuhan Nusantara I dalam areal pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan Tanjung Priok ditetapkan sebagai Perusahaan Negara. Sistem organisasi kepelabuhan diubah dengan penguasa tunggal di pelabuhan adalah "Komandan Penguasa Pelabuhan" yang di dalamnya tergabung Kesyahbandaran sebagai staf Operasi dan P.N. Pelabuhan sebagai staf jasa. Tahun 1969 organisai P.N. Pelabuhan lebih diarahkan pada segi Ekonomi dan Perdagangan, sedang Penguasa Pelabuhan diubah menjadi administrator pelabuhan selaku penangggungjawab umum dan tinggal di pelabuhan di dalam organisasi Badan Penguasa Pelabuhan (BPP) dengan dibantu oleh semacam Penasihat yaitu Badan Musyawarah Pelabuhan (BMP) sedangkan Adpel sendiri berada di bawah pengawasan Kepala Daerah Pelayaran. Tanggal 13 Januari 1971 terjadilah penandatanganan perjanjian kerjasama Pelabuhan Tanjung Priok dengan Priams (Amsterdam) dengan tukar menukar data dan pendalaman sebagai bahan perbandingan. Kemudian Presiden membentuk Team Penertib Pelabuhan Tanjung Priok yang disebut "Walisongo" yang mengadakan perbaikan-perbaikan di pelabuhan. Tahun 1974 Pembangunan Proyek Besar Dermaga Pelabuhan III Timur dan Dermaga Pelabuhan I Timur sebagai tambahan terbesar untuk fasilitas tempat di pelabuhan. Selain itu dibuat juga Operation Room BPP yang diresmikan pemakaiannya oleh Ketua Team Walisongo Slamet Danudirdjo tanggal 5 Juli 1975 dengan mengibaratkan Tanjung Priok sebagai "Si Denok Bandarwati". Motto tersebut bermakna "Hari esok haruslah lebih baik dari hari ini karena hari ini telah lebih baik dari hari kemarin". Dengan motto ini Pelabuhan Tanjung Priok ditata dari hari ke hari tanpa mengenal lelah. Si Denok Bandarwati yang telah mencapai usia seabad ini telah mengubah wajahnya, mengubah bentuknya menyesuaikan diri pada perkembangan masa kini. Pelabuhan bisa mencapai keadaan seperti sekarang ini adalah pula atas kerja sarna semua unsur di pelabuhan mulai dari buruhnya sampai kepada Adpelnya, dari para penguasanya sampai pada pengelolanya. Pada Upacara peringatan 100 tahun, tercetus puisi persembahan untuk Si Denok Bandarwati ciptaan Slamet Danudirdjo. Tahun 1977 Pelabuhan Tanjung Priok mencapai usia 100 tahun atau seabad, dalam rangka peringatan ini diadakan "7 tahun Interport Sports Meet " dengan para pesertanya dari Pelabuhan Singapura, Penang, Sabah, Kuching, Bangkok, Rejang Johor, Manila, Kuantan, Belawan dan Tanjung Perak. Puncak acara peringatan ini berlangsung tanggal 17 Juni 1977 di mana secara resmi Peringatan 100 tahun Pelabuhan Tanjung Priok dimulai. Pemerintahan Pembagian Administratif Kecamatan Tanjung Priok memiliki 6 kelurahan, yakni: Kelurahan Tanjung Priok, dengan kode pos 14310 Kelurahan Kebon Bawang, dengan kode pos 14320 Kelurahan Sungai Bambu, dengan kode pos 14330 Kelurahan Papanggo, dengan kode pos 14340 Kelurahan Warakas, dengan kode pos 14340 Kelurahan Sunter Agung, dengan kode pos 14350 Kelurahan Sunter Jaya, dengan kode pos 14350
0 Comments
11/18/2019 0 Comments PenjaringanPenjaringan, Jakarta Utara, Penjaringan adalah kecamatan yang terletak di Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia.[2] Penjaringan berbatasan dengan Laut Jawa dan Kepulauan Seribu di sebelah utara, Kosambi di sebelah barat, Pademangan di sebelah timur, Cengkareng, Tambora dan Kalideres di sebelah selatan. Pelabuhan Muara Angke dan Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Penjaringan. Penjaringan berisi sisa-sisa hutan bakau asli Jakarta, dilindungi oleh pemerintah yaitu Suaka Margasatwa Muara Angke. Kecamatan Penjaringan yang saling silang dengan saluran air pengeringan, kanal, dan waduk air untuk melindungi tanah dari banjir laut. Cengkareng, bagian dari sistem pengendalian banjir Jakarta, mengalir ke laut melalui kecamatan ini.
Wilayah Kecamatan Penjaringan, terutama dalam Kelurahan Penjaringan Administrasi, berisi beberapa bangunan bersejarah kolonial Belanda seperti sisa-sisa tembok kota Batavia dan gudang abad ke-17 (sekarang Museum Maritim). Daftar isi 1 Sejarah 2 Hutan Bakau 3 Banjir 4 Pemerintahan 4.1 Pembagian Administratif 5 Daftar tempat penting 6 Referensi 6.1 Pranala luar Sejarah Pasar Ikan tahun 1940-an. Daerah pesisir Kecamatan Penjaringan merupakan salah satu kawasan bersejarah Jakarta, yang terletak di muara Sungai Ciliwung yang merupakan daerah pelabuhan penting di Jawa Barat, digunakan sebagai pelabuhan utama kerajaan Pakuan Pajajaran dan Batavia. Daerah ini telah menjadi lokasi peperangan antara kerajaan lokal, Kekaisaran Portugis dan Hindia Belanda. Sekitar abad ke-16, daerah Muara Angke (daerah pantai Penjaringan, hanya untuk sebelah barat Batavia lama) dianggap area strategis dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak untuk merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Portugis. Selama era kolonial Belanda, daerah yang sekarang Kelurahan Administratif Penjaringan dikembangkan menjadi area labuh kapal. Gudang dibangun di daerah ini sejak abad ke-17, beberapa bangunan masih ada hari ini (seperti sekarang Museum Bahari Galangan Kapal VOC dan, kantor perdagangan mantan dibangun pada 1628). Ini pelabuhan Batavia pernah menjadi bagian dari pelabuhan utama dari jaringan perdagangan rempah-rempah komersial di Asia. Beberapa desa muncul selama era kolonial Belanda. Beberapa desa ini, terletak di pelabuhan Batavia, yang sekarang dikenal sebagai Kampung Luar Batang. Desa ini merupakan lokasi dari Masjid Luar Batang, dibangun pada 1739. Selama tahun 1970, karena kapasitas yang tidak memadai dan kurangnya fasilitas, pelabuhan perikanan baru yang disebut Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) (juga dikenal sebagai "Jakarta Fishing Port") diciptakan di sisi barat Pelabuhan Sunda Kelapa, dalam Kecamatan Penjaringan. Kelayakan dan studi rekayasa dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency 1973-1979. Konstruksi dibagi menjadi empat fase yang dimulai pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 2002.[3] Hutan Bakau Suaka Margasatwa Muara Angke berisi hutan mangrove asli Jakarta. Penjaringan berisi beberapa hutan bakau asli Jakarta. Beberapa hal ini hutan mangrove yang dilindungi sebagai Suaka Margasatwa Muara Angke (yang terletak di Kelurahan Administrasi Kapuk Muara). Suaka Margasatwa Muara Angke telah dilindungi sejak pemerintahan Hindia Belanda pada 17 Juni 1939, seluas 15,04 ha. Selama 1960-an, kawasan konservasi diperluas untuk 1.344.62 ha. Kemudian, karena tekanan manusia dan perusakan lingkungan di dalam dan sekitar taman nasional, beberapa kawasan hutan bakau hancur. Pada tanggal 28 Februari 1988, daerah itu dinyatakan Cagar Alam (25,4 ha).[4] Pada bulan November 1998, status area ini diubah menjadi 'Suaka Margasatwa (25.02 ha).[5].[6]. Pada bulan November 1998., Status daerah ini berubah menjadi Suaka Margasatwa (25,02 ha). Suaka Margasatwa Muara Angke terdaftar sebagai salah satu cagar alam burung penting di Jawa, melindungi spesies burung seperti bangau susu dan endemik sunda coucal. Suaka Margasatwa Muara Angke saat ini sedang menghadapi isu-isu seperti pemotongan bakau, pencemaran air (khususnya di Sungai Angke), dan permukiman pembangunan di tepi area penalti.[7] .[8].Suaka Margasatwa Muara Angke terletak di dekat kompleks perbelanjaan Galeri Mediterania atau dekat Muara Karang. Selain area hutan bakau yang dilindungi tersebut, hutan bakau di Kecamatan Penjaringan dimiliki oleh pribadi[9]. Taman Wisata Alam Angke Kapuk (99,82 ha) ini juga dikembangkan sebagai resort ekologi. Taman ini terletak 3 kilometer dari taman pertama. Taman telah dibuka sejak 2010 infrastruktur yang rapi . Hewan yang kita bisa temukan adalah burung Pecuk Ular seperti (Anhinga melanogaster), Kowak Maling (Nycticorax nycticorax), Kuntul besar (Egretta alba) dan beberapa lainnya. Ular, kadal Monitor dan monyet juga dapat ditemukan di sini.[10] Banjir Menjadi daerah pesisir yang rendah, Penjaringan terus-menerus terancam oleh banjir dari air pasang. Di Kelurahan Penjaringan sendiri, serangkaian rencana untuk mengurangi banjir telah direncanakan, termasuk relokasi pemukiman, perbaikan drainase, dan pembangunan tanggul. Penelitian tentang banjir yang telah dilakukan terutama di Kecamatan Penjaringan.[11].[12] Pada tahun 2008, tujuh tanggul dibangun dalam Kecamatan Penjaringan untuk melindungi daerah dari meningkatnya tingkat pasang laut. Tanggul terdiri tanggul Muara Baru, tanggul Muara Angke, tanggul Luar Batang, Waduk Pluit, tanggul Kapuk Muara,tanggul Pelabuhan Pelindo, dan tanggul Pantai Mutiara.[13] Pemerintahan Pembagian Administratif Penjaringan, Penjaringan dengan kode pos 14440 Pluit, Penjaringan dengan kode pos 14440 Pejagalan, Penjaringan dengan kode pos 14450 Kapuk Muara, Penjaringan dengan kode pos 14460 Kamal Muara, Penjaringan dengan kode pos 14470 Daftar tempat penting Pelabuhan Muara Angke Galangan Kapal VOC PPSJ Masjid Luar Batang (berdiri sejak 1796) Desa Luar Batang, ada sejak abad ke-17. Suaka Margasatwa Muara Angke Muara Angke Muara Karang 11/17/2019 0 Comments PademanganPademangan, Jakarta Utara, Pademangan adalah kecamatan yang terletak di Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia.[2] Pademangan berbatasan dengan Teluk Jakarta di sebelah utara, Penjaringan di sebelah barat, Tanjung Priok di sebelah timur, dan Sawah Besar dan Tamansari di sebelah selatan Kecamatan Pademangan memiliki 3 kelurahan, yakni:
Kelurahan Pademangan Timur, dengan kode pos 14410 Kelurahan Pademangan Barat, dengan kode pos 14420 Kelurahan Ancol, dengan kode pos 14430 Fasilitas umum Taman Impian Jaya Ancol, Komplek Wisata Keluarga. Stasiun Ancol Shelter Ancol Transjakarta Koridor 5 Halte Transjakarta Pademangan Koridor 5 RPTRA Pademangan Timur Referensi 11/17/2019 0 Comments KojaKoja, Jakarta Utara
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian Koja Kecamatan Jakarta Koja.PNG Peta lokasi Kecamatan Koja Gadis dan pria Indo di pantai Cilincing (tahun 1932) Negara Indonesia Provinsi Jakarta Kota Jakarta Utara Luas -- km² (2016)[1] Kepadatan -- jiwa/km²(2016)[1] Desa/kelurahan -- Koja adalah sebuah wilayah kecamatan yang terletak di Kota Jakarta Utara dan merupakan Pusat Pemerintahan dari Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia.[2]. Batas-batas Koja di sebelah utara adalah Teluk Jakarta, di barat jalan tol Laksamana Yos Sudarso, di timur Pelabuhan Minyak, Kali Baru, jalan Kramat Jaya, dan Kali Cakung, serta di selatan Kali Batik. Kali Sunter adalah sebuah kanal yang mengalir ke laut melalui Koja, dengan muara yang terletak di perbatasan antara Kecamatan Koja dan Kecamatan Cilincing. Bagian timur dari Pelabuhan Tanjung Priok termasuk dalam kecamatan ini, yang terdiri dari Terminal Kontainer I, Terminal Kontainer III, dan Terminal Kontainer Koja. Salah satu objek wisata budaya adalah Kampung Tugu, yaitu suatu komunitas keturunan Portugis Mardijkers yang telah dibebaskan dari tawanan perang pemerintah Hindia Belanda. Kelurahan Kecamatan ini terdiri atas beberapa kelurahan, yakni: Kelurahan Koja, dengan kode pos 14220 Kelurahan Rawa Badak Utara, dengan kode pos 14230 Kelurahan Rawa Badak Selatan, dengan kode pos 14230 Kelurahan Tugu Utara, dengan kode pos 14260 Kelurahan Tugu Selatan, dengan kode pos 14260 Kelurahan Lagoa, dengan kode pos 14270 11/17/2019 0 Comments Kelapa GadingKelapa Gading, Jakarta Utara, Kelapa Gading merupakan wilayah kecamatan yang terletak di Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia.[2] Kecamatan ini merupakan daerah yang dikembangkan oleh perusahaan properti Summarecon Agung sejak tahun 1975. Tahun 1970-an, Kecamatan Kelapa Gading masih dikenal sebagai daerah rawa dan persawahan, kini Kelapa Gading telah berubah menjadi kawasan yang tertata baik dan berkembang pesat. Bahkan, Pemerintah Jakarta Utara hendak menjadikan Kelapa Gading seperti Singapura karena lengkapnya kebutuhan di sana, baik dari makanan, tempat tinggal, pakaian, otomotif, film, pendidikan, dan lain-lain. Saat ini pembangunan dan penataan Kelapa Gading telah diserahkan sepenuhnya kepada puluhan pengembang yang ada, di antaranya PT. Summarecon Agung Tbk, PT Bangun Cipta Sarana, PT Graha Rekayasa Abadi, PT Pangestu Luhur, PT Nusa Kirana dan yang terakhir PT. Agung Podomoro dan Agung Sedayu. Kelapa Gading awalnya dikenal sebagai daerah rawa dan persawahan.[3] Tapi, sejak pertengahan tahun 1970, PT Summarecon Agung Tbk ( sebelumnya bekerja sama dengan masyarakat betawi asli yang kemudian pisah dan mendirikan PT Gading Kirana ). mulai memasuki daerah ini dan membangunnya. Pada awalnya, daerah Pluit masih lebih ramai daripada Kelapa Gading. Tetapi, kini Kelapa Gading telah menjadi daerah yang berkembang pesat.
Letak geografis Wilayah Kelapa Gading dan sekitarnya.Kelapa Gading terletak pada arah timur laut kota Jakarta. Wilayah Kelapa Gading terletak pada ketinggian kurang lebih 5 meter di atas permukaan laut, sehingga daerah ini sangat sering terkena banjir, terutama saat terjadi siklus banjir 5 tahunan. Namun, sejak rampungnya pembangunan 2 kanal di Jakarta, kemungkinan besar Kelapa Gading tidak akan terkena banjir lagi. Batas wilayah Utara Kecamatan Koja Timur Kecamatan Cakung dan Cilincing Selatan Kecamatan Pulo Gadung Barat Kecamatan Tanjung Priok Politik dan administrasi Kecamatan Kelapa Gading terbagi atas 3 kelurahan: 1 Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading 2 Kelapa Gading Timur, Kelapa Gading 3 Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Kelurahan Kelapa Gading Barat dan Kelurahan Kelapa Gading Timur memiliki kode pos 14240, sedangkan Kelurahan Pegangsaan Dua memiliki kode pos 14250. Camat Kelapa Gading sekarang adalah Drs. Musa Syafrudin, M.Si.[4][5] Demografi Kecamatan Kelapa Gading dengan luas 1.633,7 hektar, terdiri atas tiga kelurahan, yaitu Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan Dua. Jumlah penduduk Kelapa Gading sebanyak 102.426 jiwa pada tahun 2003. Populasi warga Kelapa Gading sekitar 5% dari jumlah penduduk Jakarta dan 20% penduduk Jakarta Utara. Hampir 65 % penduduknya adalah warga keturunan Tionghoa. Profesi masyarakat Kelapa Gading beraneka ragam, dan banyak di antaranya yang berprofesi sebagai pedagang. Komposisi penduduk Kelapa Gading menurut jenis kelamin pada tahun 2003 adalah sebagai berikut: 11/17/2019 0 Comments CilincingCilincing, Jakarta Utara Cilincing, Jakarta Utara
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian Cilincing Kecamatan Jakarta Cilincing.png Peta lokasi Kecamatan Cilincing Gadis dan pria Indo di pantai Cilincing (tahun 1932) Negara Indonesia Provinsi Jakarta Kota Jakarta Utara Luas -- km² (2016)[1] Kepadatan -- jiwa/km²(2016)[1] Desa/kelurahan -- Kecamatan Cilincing terletak di Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia.[2] Kecamatan ini adalah kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak di Jakarta Utara. Di kecamatan ini terdapat kawasan berikat industri terpadu nasional yang memproduksi konveksi dengan beragam perusahaan baik nasional maupun perusahaan penanaman modal asing. Kelurahan ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kecamatan Koja di sebelah barat, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi di sebelah timur, dan Kecamatan Cakung di sebelah selatan. Daftar isi 1 Sejarah 2 Pemerintahan 2.1 Pembagian Administratif 3 Referensi 3.1 Pranala luar Sejarah Kawasan Cilincing terletak di sebelah timur Pelabuhan Tanjung Priok, dewasa ini menjadi sebuah kecamatan.Kecamatan Cilincing, termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Utara. Nama Cilincing diambil dari nama anak sungai yang mengalir dari selatan ke utara, membelah kawasan tersebut. Cilincing lengkapnya berasal dari Ci Calincing. Kata Ci, adalah bahasa sunda, yang artinya sungai, seperti Citarum, Ciliwung, dan Ci Manuk. Cilincing adalah nama jenis pohon, sama dengan belimbing wuluh, averhrhoa Carambola L. Termasuk famili Oxalideae (Fillet 1883:292). Walaupun letaknya cukup jauh untuk ukuran tiga abad yang lalu, ternyata disana terdapat dua villa, tempat peristirahatan. Yang pertama adalah landhuis Cilincing yang dibangun oleh Justinus Vinck pada tahun 1740 dan sampai sekarang masih dapat dilihat, walaupun keadaannya tidak begitu menggembirakan. Dewasa ini bangunan tersebut dihuni beberapa pensiunan anggota kepolisian, dan dikenal dengan sebutan Rumah Veteran. Yang kedua adalah landhuis Vredestein yang dibangun oleh mantan Gubernur Pantai Utara Jawa, Nicolaas Hartingh, pada tahun 1750. Landhuis yang kedua itu sekarang sudah tidak ada bekas – bekasnya. Dalam sejarah Jakarta, Cilincing memegang peranan cukup penting, karena disanalah pada tanggal 4 Agustus 1811 pasukan balatentara Inggris yang jumlahnya hamper 12.000 orang, mendarat tanpa mendapat perlawanan dari pihak Belanda, yang pada masa itu berada di bawah kekuasaan Prancis (J.R. van Diesen 1889:303). Pemerintahan Pembagian Administratif Kecamatan Cilincing memiliki 7 kelurahan, yakni: Kelurahan Kali Baru, dengan kode pos 14110 Kelurahan Cilincing, dengan kode pos 14120 Kelurahan Semper Barat, dengan kode pos 14130 Kelurahan Semper Timur, dengan kode pos 14130 Kelurahan Sukapura, dengan kode pos 14140 Kelurahan Rorotan, dengan kode pos 14140 Kelurahan Marunda, dengan kode pos 14150 |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategoriesAll Ciilincing Jakarta Jakarta Utara Kelapa Gading Koja Pademangan Penjaringan Tanjung Priok |